Rabu, 03 Juli 2013

KERAJAAN MUGHAL DI INDIA

KEJAYAAN DAN KEMUNDURAN PERADABAN MUGHAL DI INDIA
KEJAYAAN DAN KEMUNDURA PERADABAN MUGHAL DI INDIA
A.    Pendahuluan
Pada pertemuan sebelumnya, kita telah mendiskusikan mengenai kerajaan-kerajaan atau pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai wilayah. Mulai dari masa Rasul, Khulafa> al-Ra>shidu>n, Dinasti Umayah, Abbasiyah dan seterusnya. Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai salah satu kerajaan Islam yang cukup dikenal dan dikenang oleh umat Islam sendiri, yakni kerajaan Mughal [1] di India.
Kita ketahui bahwa kerajaan Mughal ialah salah satu nama di antara dinasti mesin serbuk, disamping Turki Usmani dan Shafawi. [2] Selain itu, kerajaan Mughal juga merupakan salah satu warisan peradaban Islam di India. Keberadaan kerajaan ini telah menjadi motivasi kebangkitan baru bagi peradaban tua di anak benua India yang nyaris tenggelam. Sebagaimana diketahui, India merupakan suatu wilayah tempat tumbuh dan berkembangnya peradaban Hindu. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul.
India dikenali sebagai Sind atau Hind oleh kalangan masyarakat Arab. Sebelum kedatangan Islam, India telah mempunyai hubungan perdagangan dengan masyarakat Arab. [3] Pada saat Islam hadir, hubungan perdagangan antara India dan Arab masih diteruskan. Akhirnya India pun perlahan-lahan bersentuhan dengan agama Islam. India yang sebelumnya berperadaban Hindu, sekarang semakin kaya dengan peradaban yang dipengaruhi Islam. Oleh sebab itu menjadi penting untuk menulis secara ringkas eksistensi dan perjalanan Kerajaan Mughal di India yang identik dengan Hindu.
Makalah ini selain menggambarkan secara ringkas bagian-bagian penting tentang asal-usul, berkembang serta mundurnya peradaban yang dibina Kerajaan Mughal, juga mengulas faktor-faktor yang mendorong masa kejayaan dan tenggelamnya kerajaan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengambil pelajaran, bagaimana membalikkan (reverse) gelombang peradaban di anak benua India tersebut.
Selanjutnya, sebagai tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam pada Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, penulisan makalah ini diharapkan memudahkan penulis untuk memahami seluk-beluk dan perjalanan Kerajaan Mughal. Disadari atau tidak, tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga perlu adanya koreksi agar tidak terjadi pengkaburan dan ambiguitas untuk memahaminya.

B.     Deskripsi Singkat Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal ialah kerajaan dinasti mesin serbuk termuda setelah Turki Usmani dan Shafawi [4], serta merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak perjuangan panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan pada sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa India.
Sejak Islam masuk ke India pada masa Dinasti Umayyah, yakni pada masa Khalifah al-Walid I (705-715) melalui ekspedisi yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim tahun 711/712, peradaban Islam mulai tumbuh dan menyebar di anak benua India. Kemudian pasukan Ghaznawiyah dibawah pimpinan Sultan Mahmud mengembangkan kedudukan Islam di wilayah ini dan berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu serta mengislamkan sebagian masyarakat India pada tahun 1020 M. [5] Setelah Gaznawi hancur muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India ini, seperti Dinasti Mamluk (1206-1290), Dinasti Khalji (1296-1316 M.), Dinasti Tugluk (1320-1412), Dinasti Sayyid (1414-1451), dan Dinasti Lodi (1451-1526). [6] 
Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di India. Jika pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini justru bersinar dan berjaya. Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa kejayaan kedua setelah sebelumnya mengalami kecemerlangan pada dinasti Abbasiyah, yakni pada era desentralisasi. [7]
Dinasti Mughal di India didirikan oleh salah seorang keturunan bangsa Mongol yang pernah menghancurkan Bagdad, Hulago. Hulago terkenal sebagai perusak dan penghancur Bagdad. Kekejaman dan petualangannya menghancurkan Islam dan peradapannya. Namun setelah sampai ke anak cucunya mereka telah berubah, bukan lagi sebagai perusak tetapi justru sebagai pembangun Islam. [8]
Zahirudin Babur (1482-1530) pendiri Mughal ini silsilah keturunannya bersambung kepada Hulago. Dia putra dari Syekh Umar Mirza yang menjadi penguasa di Ferghana, keturunan langsung dari Muransyah, putra ketiga Timur Lenk dan ibunya keturunan Jenghis Khan. [9] Babur mewarisi dari Ferghana dari orang tuanya ketika ia berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekat akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Pada mulanya ia mengalami kekalahan  tetapi karena mendapat bantuan dari raja Safawi, Ismail I, akhirnya ia berhasil menaklukkan Samarkand tahun 1494M dan pada tahun 1504M ia berhasil menduduki Kabul, ibukota Afganistan.
Setelah Kabul dapat ditaklukkan, Babur meneruskan ekspansinya ke India. Ketika itu Ibrahim Lodi, penguasa India, dilanda krisis sehingga stabilitas pemerintahannya menjadi kacau. Atas dasar itulah, Alam Khan (paman Ibrahim Lodi) berusaha menggulingkan kekuasaannya dengan meminta bantuan Zaharuddin Babur. Permintaan itu langsung ditrima dan bersama pasukannya menyerang Delhi. Pada tanggal 21 April 1526M terjadilah pertempuran yang sangat dasyat di Panipat. Ibrahim Lodi beserta ribuan pasukannya terbunuh. Zahiruddin Babur langsung mengikrarkan kemenangannya dan kenudian menegakkan pemerintahannya. Dengan demikian berdirilah kerajaan Mughal di India. [10]
C.    Raja-raja Penguasa Kerajaan Mughal
Para pemimpin kerajaan Mughal cukup banyak dan mempunyai karakter yang tidak sama, sehingga pencapaian pada masanyapun tidak sama. Adapun raja-raja dari kerajaan Mughal selama masa pemerintahannya, antara lain: [11]
a.      Zahiruddin Babur (1526-1530), nama lengkapnya ialah Zahi>r al-Di>n Muhammad Ba>bur.
b.      Humayun (1530-1556), nama lengkapnya ialah Na>sir al-Di>n Muhammad Humayun.
c.       Akbar (1556-1605), nama lengkapnya ialah Jala>l al-Di>n Muhammad Akbar.
d.      Jahangir (1605-1627), nama lengkapnya ialah Nu>r al-Di>n Muhammad Jaha>ngir.
e.       Shah Jahan (1627-1658), nama lengkapnya ialah Siha>b al-Di>n Muhammad Sha>h Jahan.
f.       Awrangzeb (1658-1707), nama lengkapnya ialah Muhyi al-Di>n Muhammad Awrangzeb.
g.      Bahadur Syah (1707-1712), nama lengkapnya ialah Qut}b al-Di>n Muhammad Sha>h ‘A>lam I, Baha>dur Sha>h I.
h.      Jahandar (1712-1713), nama lengkapnya ialah Mu’izz al-Di>n Jahanda>r.
i.        Farrukhsiyar (1713-1719), nama lengkapnya ialah Mu’in al-Di>n Farrukhsiya>r.
j.        Muhammad Syah (1719-1748), nama lengkapnya ialah Na>sir al-Di>n Muhammad Sha>h Ro>shan Akhtar.
k.      Ahmad Syah (1748-1754), nama lengkapnya ialah Muja>hid al-Di>n Ahmad Sha>h Baha>dur.
l.        Alamghir II (1754-1760), nama lengkapnya ialah ‘Aziz al-Di>n Alamgir II.
m.    Syah Alam II (1760-1806), nama lengkapnya ialah (‘Ali Go>har) Jala>l al-Di>n Sha>h ‘A>lam II.
n.      Akbar II (1806-1837 M), nama lengkapnya ialah Mu’in al-Di>n Muhammad Akbar II, dan yang terakhir ialah
o.      Bahadur Syah (1837-1858), nama lengkapnya ialah Sira>j al-Di>n Baha>dur Sha>h II.
D.    Perkembangan, Kejayaan, Kemunduran serta Keruntuhan Kerajaan Mughal
Setelah Babur meninggal, pemerintahan selanjutnya dipegang oleh Humayun, putera sulung Babur. Dalam menjalankan pemerintahannya Humayun banyak menghadapi tantangan, diantaranya yaitu pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri. Pada tahun 1540 terjadi pertempuran dengan Sher Khan dan Humayun mengalami kekalahan. Ia melarikan diri ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia. Di Persia ia menyusun kembali tentaranya. Dengan bantuan raja Persia, Tahmasp, Humayun merebut kembali kekuasaannya dari tangan  Sher Khan, setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalkan Delhi. Pada tahun 1555M  ia kembali menduduki tahta kerajaan Mughal, tapi satu tahun setelah itu (1556M) ia meninggal  dunia karena terjatuh dari tangga perpustakaannya, Din Panah. [12]
Setelah itu, Akbar anak Humayun yang ketika itu masih berumur 14 tahun, menggantikan posisi ayahnya. Pada masa Akbar inilah kerajaan Mughal mencapai masa keemasannya. Karena wilayah kekuasaannya yang sangat luas, akbar menjalankan pemerintahannya secara meliteristik. Dalam pemerintahan militeristik, Sultan adalah penguasa diktator. [13] Pemerintahan daerah dipegang oleh  seorang sipah salar (kepala komandan), sedang subdistrik dipegang oleh faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bersifat kemiliteran. Pejabat-pejabat diharuskan mengikuti latihan kemiliteran. Disamping itu, Akbar juga menerapkan kebijakan politik sula>khul (toleransi universal), artinya semua rakyat India dipandang sama, mereka tidak dibedakan  karena perbedaan etnis dan agama.
Kemajuan yang dicapai Akbar masih bisa dipertahankan oleh tiga sultan sesudahnya. Yaitu Jahangir (1605-1628), Shah Jahan (1628-1658) dan Awrangzeb (1658-1707). Sepeninggal Awrangzeb, tahta kerajaan dipegang oleh Bahadur Syah, putra tertua Awrangzeb. [14] Ia menganut aliran Syi’ah. Pada masa pemerintahannya yang berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan pada perlawanan Sikh dan juga pada perlawanan penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau memaksakan ajaran Syi’ah kepada mereka. [15] Mulai dari pemerintahan Bahadur Syah Mughal  memasuki masa-masa kemunduran.
a.      Sumbangan Dinasti dalam Peradaban Islam
Sumbangan yang dimaksud ialah meliputi masa kemajuan atau kejayaan beserta indikator-indikator yang dicapai oleh kerajaan Mughal. Adapun kemajuan pada masa pemerintahan Mughal di India ialah sebagai berikut:
1.      Bidang Politik dan Militer
Sistem yang menonjol adalah politik Sula>hul atau toleransi universal. Sistem ini sangat tepat karena mayoritas masyarakat India adalah Hindu, sedangkan Mughal adalah Islam. Di sisi lain juga terdapat ras atau etnis lain yang juga terdapat di India. Lembaga yang merupakan produk dari sistem inilah adalah Di>n-i-Ila>hi dan Mansaddhari.
Di bidang Militer, pasukan Mughal dikenal sebagai pasukan yang kuat. Mereka sendiri terdiri dari pasukan gajah, berkuda dan meriam. Wilayahnya dibagi dalam sistem distrik-distrik. Setiap distrik dikepalai oleh sipah salar dan sub distrik dikepalai oleh faujdar. Dengan sistem inilah pasukan Mughal berhasil menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya.
2.      Bidang Ekonomi
Kontribusi Mughal di bidang ekonomi adalah  memajukan pertanian terutama untuk tanaman padi, kacang, tebu, rempah-rempah, tembakau dan kapas. [16] Pemerintah membentuk lembaga khusus untuk mengatur masah pertanian. Wilayah terkecil disebut deh dan beberapa deh tergabung dalam Pargana (kawedanan). Setiap komunitas petani dipimpin oleh Mukaddam. Melalui Mukaddam inilah pemerintah  berhubungan dengan petani.
3.      Bidang Seni dan Arsitektur
Hasil karya seni dan arsitektur Mughal sangat terkenal dan bisa dinikmati sampai sekarang. Ciri yang menonjol dari arsitektur  Mughal adalah  pemakaian ukiran dan marmer  yang timbul dengan kombinasi warna warni. Bangunan yang menimbulkan ciri ini antara lain Benteng Merah (Lah Qellah), istana-istana, makam kerajaan dan yang paling mengagumkan adalah Taj Mahal di Aghra. Istana ini merupakan salah satu tujuh keajaiban dunia yang dibangun oleh Shah Jahan khusus untuk istrinya Momtaz Mahal [17] yang cantik jelita. Bangunan lain yang bermotif sama adalah Masjid Raya Delhi yang berlapis marmer dan sebuah istana di Lahore.
Selain Arsitektur, bidang sastra juga menonjol. Banyak karya sastra yang digubah dari Bahasa Persia ke Bahasa India. Pada masa Akbar berkembang Bahasa Urdu, yang merupakan perpaduan dari berbagai bahasa yang ada di India. Bahasa Urdu ini kemudian banyak dipakai di India dan Pakistan sekarang. Sastrawan Mughal yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayashi>, dengan karya monumentalnya Padwavat, sebuah karya alegoris  yang mengandung kebajikan jiwa manusia. Sastrawan lain adalah Abu> Fadhl yang juga sejarawan. Karyanya berjudul Akbar Nama dan Ain-i-Akhbari, yang mengukas sejarah Mughal berdasarkan figur pimpinannya. [18]
4.      Bidang Ilmu Pengetahuan
Dinasti Mughal juga banyak memberikan sumbangan di bidang ilmu pengetahuan. Sejak berdiri banyak ilmuwan yang datang ke India untuk menuntut ilmu pengetahuan, bahkan istana Mughal pun menjadi pusat kebudayaan. [19] Hal ini karena ada dukungan dari penguasa dan bangswan serta ulama. Awrangzeb misalnya, memberikan sejumlah besar uang dan tanah untuk membangun pusat pendidikan di Lucknow.
Pada tiap-tiap masjid memiliki lembaga tingkat dasar yang dikelola oleh seorang guru. Pada masa Syah Jahan  didirikan sebuah perguruan tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintah dipegang oleh Awrangzeb. Di bidang ilmu agama berhasil dikodifikasikan hukum Islam yang dikenal dengan sebutan Fatawa> i-Alamgiri (Kitab hukum Islam berbasis madhhab Hanafi). [20]
b.      Sebab-sebab Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan Mughal
Raja-raja pengganti Awrangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Tanda-tanda kemunduran sudah terlihat dengan indikator sebagaimana berikut ;
1.      Internal; Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan, dan lemahnya kontrol pemerintahan pusat.
2.      Eksternal; Terjadinya pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan kaum Sikh di Utara, gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin sendiri di Timur, dan yang terberat adalah invasi Inggris melalui EIC.
3.      Dominasi Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal. Pada waktu itu EIC mengalami kerugian, untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan.
4.      Mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka mengembalikan kekuasaan kerajaan. Dengan demikian, terjadilah perlawanan rakyat India terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M. Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah-rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari istana (1858 M). Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan dinasti Mughal di daratan India.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
1.    Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris, Portugal dan Perancis di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
2.    Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3.    Pendekatan Awrangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4.    Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan. [21]
5.    Lemahnya sentuhan intelektual (pemikiran) dan estetika (satra dan sains) yang ditandai dengan memudarnya karya-karya kreatif disbanding dengan era kejayaan dinasti Abbasiyah.
6.    Lemahnya manajemen ekonomi yang tidak dikelola secara sistematis dan paradigmatik. Hal ini menyebabkan krisis ekonomi yang tidak mampu menghadapi perubahan global pada zamannya. [22]
E.     PENUTUP
Dari paparan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa hadirnya kerajaan Mughal di India menandakan bahwa peradaban Islam masih dapat dikembang dan disebarluaskan ke seluruh penjuru, terutama India, sebagai pusat dari kerajaan tersebut pasca tumbangnya dinasti besar dalam Islam yakni Dinasti Abbasiyah oleh Mongol pada tahun 1258. Menariknya lagi, bahwa pembesar atau pendiri kerajaan tersebut ialah memiliki garis keturunan dengan orang yang meluluh lantahkan Dinasti Abbasiyah, Hulagu Khan.
Perjalanan pemerintahan kerajaan Mughal cukup lama, sehingga dapat melahirkan peradaban Islam di India yang sebelumnya penduduknya notabene beragama Hindu. Peradaban Islam yang disumbangkan oleh Mughal diantaranya di bidang ekonomi, politik, militer, agama dan ilmu pengetahuan. Puncak kejayaan kerajaan ini ialah ketika dipegang oleh Akbar (Jala>l al-Di>n Muhammad Akbar) dan tiga pemimpin setelahnya. Namun, setelah itu kerajaan Mughal mulai melemah dan pada akhirnya berbuntut pada keruntuhan. Faktor mundur dan runtuhnya kerajaan ini ialah disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Perjalanan kerajaan Mughal dan pemerintahan Islam sebelumnya bisa dijadikan cermin dan pelajaran, supaya kejadian tersebut dapat kita ambil hikmahnya  dan untuk memperkaya perbendaharaan pengetahuan tentang Islam.





















DAFTAR PUSTAKA
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ictiar Baru Van Hoeve, 2000.
Arnold, Thomas W. The Preaching of Islam, A History of Propagation of the Muslim Faith. London: Luzoc dan Company, 1935.
Sunanto, Musrifah. Sejarah Islam Klasik. Bogor: Kencana, 2003.
Bakri, Syamsul. Peta Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Fajar Media Press, 2011.
Hodgson, Marshall G.S. The Venture of Islam, Iman dan Sejarah dalam Peradaban Dunia, terjemahan Mulyadhi Kartanegara. Jakarta: Paramadina, 1999.
Hamka. Sejarah Umat Islam. Singapura: Pustaka Nasional, 2005.
Nasir, Mahmudun. Islam Its Concepts and History. New Delhi: Kitab Bahava, 1981.
Thahir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Kissling, H. J., dkk. The Last Great Muslim Empires; History of the Muslim World, yang diterjemahkan oleh F.R.C. Bagley. Markus Wiener Publishers Princeton.
Ikram, S.M. Muslim Civilization in India. New York: Columbia University Press.
Houstsma (ed.). First Encyclopedia of Islam. Leiden: Es. Brill, 1987.
Holt, PM. dkk. The Cambridge History of Islam. London: Cambridge University Press.
Morgan, Kenneth W. Islam Jalan Lurus, terj. Jakarta: Pustaka Jaya, 1989.
Lapidus, Ira M. A History of Islam Societies. Melbourne: Cambridge University Press, 1970.
Http://Yacobsemesta.Wordpress.Com/2009/04/25/Kerajaan-Mughal/,pad s20 Desember 2011.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar